Selasa, 08 Maret 2016

Mandiri Untuk Masa Depan

     Berkunjung kesuatu tempat banyak mengajarkan kita akan banyak hal,baik itu tingkah laku masyarakat sekitar,kehidupan,budaya,bertemu orang baru,serta keramahan penduduk tempat kita berkunjung.Itulah sebabnya kenapa saya sangat suka Traveling keberbagai daerah (padahal masih disekitar NTB aja sih,hahaha),itu karena banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan,dan kegiatan Sustainable Mining Bootcamp V mewujudkan itu.Pada kegiatan yang diadakan oleh PT NNT (Newmont Nusa Tenggara) ini saya banyak belajar akan arti sebuah kesederhanaan,kerja keras,rasa saling menghargai dan menghormati,karena kami diberi kesempatan untuk mengunjungi beberapa kecamatan yang ada lingkar tambang untuk mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam menjalankan roda perekonomian mereka serta ingin tahu sebelum PT NNT beroperasi,bagaimanakah kehidupan mereka?dan jawabannya ada ditulisan ini guys,na kome-kome (jangan kemana-mana,hihi).



     Saya sebagai peserta Sustainable Mining Bootcamp V merasa antusias mengikuti kegiatan ini,hari demi hari selalu saya jalani dengan penuh suka cita.Perasaan sedih dan durja seakan tak terlihat dari wajah manis saya (halah),kami semua merasa sangat bahagia.Pada hari ke enam dan tujuh seluruh peserta berkesempatan untuk mengunjungi beberapa kecamatan yang menjadi program pengembangan masyarakat  (comdev) PT NNT yaitu kecamatan Maluk,Sekongkang dan Jereweh.Kenapa hanya tiga kecamatan itu?karena ketiga kecamatan itu yang terkena langsung dampak aktivitas tambang dan daerah lain diluar tiga kecamatan tersebut ialah daerah penyangga.

     Bagi PT NNT keterlibatan melawan kemiskinan tentu saja lantaran latah mengikuti trend yang berkembang dewasa ini.Bagi PT NNT upaya mengentaskan kemiskinan beranjak dari realita nyata masyarakat disekitar area tambang.Jika kita flash banck kehidupan masyarakat sekitar tambang ketika PT NNT mulai beroperasi kurang lebih 15 tahun silam,potret kemiskinan terlihat begitu jelas.Tak perlu riset mendalam untuk mendapatkan gambaran bagaimana keterbelakangan dan kemiskinan menghantui setiap detik kehidupan masyarakat sekitar tambang.Pengakuan masyarakat sekitar menjadi saksi bahwa dulunya tempat mereka tinggal memang ada kehidupan,namun bagaikan mati suri.

     PT NNT tak mungkin berpangku tangan,berdiam diri menyaksikan realita kehidupan tanpa melakukan apapun untuk suatu perubahan.PT NNT mencermati adanya potensi besar masyarakat sekitar tambang untuk mengelola potensi pertanian dan ekonominya secara lebih baik.PT NNT berkomitmen memberikan dukungan kongkret untuk menjadikan potensi tersebut sebagai sesuatu yang dapat dikelola secara maksimal dan berkelanjutan.Lingkaran setan kemiskinan bisa diatasi,melalui pemanfaatan potensi yang selama ini masih belum dikembangkan.

     Pada tulisan kali ini saya akan membahas bentuk komitmen PT NNT dalam mendukung terwujudnya masyarakat yang mandiri bersama potensi yang mereka miliki agar tak terjerat dalam lingkaran setan kemiskinan,karena masyarakat sekitar tambang berfikir bahwa mereka tak selamanya bergantung dengan PT NNT,ada kalanya mereka harus mandiri ditengah arus globalisasi.


Dari Sabut Kelapa Menjadi Jaring Coconet
     Tepat sekitar pukul 11.00 wita dan matahari sudah seperti sejengkal dari kepala,saya bersama rombongan kelompok 2 Bootcamp Batch Vmengunjungi tempat pengolahan sabut kelapa menjadi sebuah jaring yang berada di desa Maluk Loka,kecamatan Maluk.Jaring dari sabut kelapa ini berfungsi sebagai penyangga kontur tanah agar tidak terjadinya erosi.Jaring ini dipekerjakan oleh mayoritas ibu-ibu dan ada beberapa anak muda laki-laki dan perempuan yang sesekali membantu ibu mereka jika ada waktu kosong.Usaha coconet ini sudah berdiri sejak tahun 2013 yang sampai saat ini sudah mempekerjakan lebih dari 30 orang.Dalam sehari usaha ini bisa menghasilkan 21 jaring yang nantinya akan dikirim ke PT NNT sebagai proses reklamasi.

     Saya dan beberapa peserta Bootcamp Batch V diberi kesempatan untuk mengerjakan jarring coconet ini.Tentu bukan perkara mudah,saya yang berstatus orang baru yang mengetahui adanya coconet ini tentu memerlukan kerja keras untuk menyelesaikannya.Tidak langsung akan menjadi sebuah jaring,namu harus melalui tahap pelilitan untuk menjadi sebuah tali dengan panjang sekitar 8 m menggunakan mesin sederhana .Namun hanya butuh beberapa menit saja untuk saya bisa menyelsaikan pelilitan tali tersebut,yaahh meskipun tidak sepanjang ibu-ibu disana,but untuk pemula seperti saya oke lah.Setelah melalui tahap pelilitan menjadi sebuah tali,selanjutnya adalah tahap pembuatan jaring.Pembuatan jaring ini biasa menggunakan 3 karyawan dengan waktu sekitar 20 menit.Saya lagi-lagi gak mau kehilangan kesempatan,karena saya orangnya ingin banyak coba dan mengetahui hal baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya,hanya melihat ibu-ibu itu beberapa menit saja saya lalu mempraktekkannya,ternyata cukup mudah.”kamu sudah bisa kerja disini nak”,sahut ibu itu sembari tertawa kecil.


Mesin pelilitan
Mencoba dalam proses pelilitan menjadi tali
Proses pembuatan jaring


Virgin Coconut Oil Sebagai Bahan Kosmetik
     Ada yang lucu ketika saya membaca bahwa tempat usaha ini bernama Virgin Coconut Oil,yang ada difikiran saya bahwa yang bekerja disini ialah anak gadis yang masih Virgin atau perawan (halah ngawur),lah tapi saat saya lihat-lihat ternyata kebanyakan ibu-ibu,nah jangan-jangan ibu-ibunya masih perawan lagi (entahlah),haha.Usaha Virgin Coconet Oil ini berada di desa Dasan,kecamatan Jereweh yang masuk dalam area lingkar tambang.Untuk menjadi sebuah minyak tentu memerlukan beberapa proses,seperti yang bisa saya jelaskan dengan apa yang saya pahami setelah berkunjung kesana.

     Seperti yang dijelaskan oleh ibu Lily salah satu karyawan disana bahwa untuk menjadi minyak dibutuhkan beberapa proses,pertama-tama kelapa dikupas terlebih dahulu,kemudian diparut menggunakan alat khusus,setelah itu kelapa yang sudah diparut kemudian diperas hingga menghasilkan santan,lalu santan tersebut difermentasikan di dalam dispenser  selama semalam dan mencampurkannya dengan garam sebanyak 3 sendok makan dengan tujuan untuk pemisahan air dengan santan.Setelah santannya diambil kemudian di mixer dan dihangatkan dengan suhu 700 selama 15 menit,dan minyak siap untuk dikemas.Usaha Virgin Coconut Oil ini ada dua kali produksi tiap minggu,tiap kali produksi bisa menghasilkan 15 L minyak.Namun setelah menjadi minyak bukanlah proses akhir,namun masih dilakukan penelitian di Institut Pertanian Bogor (IPB) selama tiga bulan,dan produk minyak ini bisa menjadi bahan untuk pembuatan kosmetik.

Mesin parut
Minyak yang sudah jadi

Menabung Dengan Sampah
     Menabung dengan sampah?sedikit aneh kan?tapi itulah kenyataan yang terjadi dikecamatan Jereweh ini bahwa masyarakat disini menabung bukan dengan uang seperti orang lain kebanyakan,namun menggunakan sampah yang kita ketahui bahwa jika orang yang tidak kreatif dan inovatif makan sampah hanyalah sebuah sampah yang tidak bernilai ekonomis.Seakan takjub dengan ide yang dilakukan oleh masyarakat disini bahwa mereka bisa menyulap sampah menjadi sesuatu yang berharga berupa kerajinan  yang akan mereka jual nantinya.

     Seperti informasi yang saya dapatkan ditempat Bank Sampah Lakmus yang terletak di desa Benete,kecamatan Maluk ini bahwa masyarakat menabung menggunakan sampah seperti kardus bekas makanan dan minuman,copok air minum,bungkus kopi saset dan sejenisnya.Sampah ini jika berada ditangan yang kreatif maka akan menjadi sesuatu yang unik dan memiliki nilai jual.Sampah di Bank Sampah Lakmus ini ada yang diantar langsung oleh masyarakat dan ada juga yang diambil ke rumah masyarakat yang sebelumnya sudah ditetapkan bahwa disitu terdapat sampah seperti yang saya jelaskan tadi,dan uniknya disini bahwa ada buku tabungan untuk masyarakat yang ingin menabung sampah mereka,besar saldo yang mereka terima sesuai dengan berat sampah,semakin berat timbangan sampah yang masyarakat tabungkan maka semakin besar saldo yang mereka terima.Tentunya setiap jenis sampah punya harga yang berbeda per kg,namun berapapun harganya,setiap sampah yang dikumpulkan akan membantu dalam pelestarian lingkungan.

Sampah kardus bekas

Copok bekas kelapa

Budidaya Rumput Laut
     Melihat puluhan hingga ratusan botol kemasan minuman mengapung diperairan Kertasari,Sumbawa Barat.Sampah?tentu saja bukan.Ratusan botol yang terapung tersebut menjadi pelampung bagi ribuan rumput laut yang tengah tumpuh diperairan Kertasari.Kertasari merupakan sebuah desa yang terletak sekitar 20 km dari Kota Taliwang.Desa Kertasari ini berada dipesisir pantai yang mayoritas penduduknya berasal dari tanah Sulawesi dengan suku Bugis Selayar.Desa Kertasari ini merupakan pusat pembudidayaan rumput laut terbesar di Kabupaten Sumbawa Barat.

     Bukan sekedar pembudidayaan rumput laut semata,didesa dengan jumlah penduduk tak kurang dari 200 kepala keluarga ini juga melakukan inovasi dengan mengolah rumput laut menjadi makanan yang lezat dan kaya nutrisi,seperti halnya dodol rumput laut dan stick rumput laut.Kedua makanan ini belum dipasarkan secara besar-besaran,masih dalam skala kecil,itu dikarenakan usaha ini masih baru dan perlu adanya pengembangan lebih lanjut baik dari segi pengelolaan maupun pekerja.Selain itu,untuk megisi waktu luang sembari menunggu panen rumput laut,ibu-ibu desa Kertasari melakukan kegiatan menenun di bawah rumah panggung milik mereka yang nantinya akan dijual kepada pengunjung yang datang.Ingin mencoba cemilan dari rumput laut dan mencoba menenun?yuukk kunjungi desa Kertasari,hehe.

Rumput laut hasil budidaya masyarakat desa Kertasari
Dodol rumput laut

     Setidaknya sejak tahun 2005,PT NNT melalui Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB) mendukung secara kongkret pengembangan kawasan Kertasari sebagai sentral pembudidayaan rumput laut.Dukungan diberikan dalam bentuk penguatan kelembagaan koperasi rumput laut “Depo Pasir Putih” dan memberikan subsidi biaya pengiriman rumput laut ke Bali.

     Tentunya dengan segala bentuk dukungan baik moril maupun materil dari PT NNT ini diharapkan mampu menjadikan masyarakat lingkar tambang menjadi masyarakat yang mandiri serta berfikir kreatif untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.Inilah saatnya masyarakat mampu berdiri dengan kaki sendiri,bukan dengan tongkat yang membuat mereka merasa ketergantungan.

Mandiri Untuk Masa Depan

     Berkunjung kesuatu tempat banyak mengajarkan kita akan banyak hal,baik itu tingkah laku masyarakat sekitar,kehidupan,budaya,bertemu orang baru,serta keramahan penduduk tempat kita berkunjung.Itulah sebabnya kenapa saya sangat suka Traveling keberbagai daerah (padahal masih disekitar NTB aja sih,hahaha),itu karena banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan,dan kegiatan Sustainable Mining Bootcamp V mewujudkan itu.Pada kegiatan yang diadakan oleh PT NNT (Newmont Nusa Tenggara) ini saya banyak belajar akan arti sebuah kesederhanaan,kerja keras,rasa saling menghargai dan menghormati,karena kami diberi kesempatan untuk mengunjungi beberapa kecamatan yang ada lingkar tambang untuk mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam menjalankan roda perekonomian mereka serta ingin tahu sebelum PT NNT beroperasi,bagaimanakah kehidupan mereka?dan jawabannya ada ditulisan ini guys,na kome-kome (jangan kemana-mana,hihi).

Kamis, 03 Maret 2016

Dari Batu Menjadi Konsentrat

     Mungkin sebagian besar dari kita masih asing dengan kata Tailing?yaps tentu saja,saya yang notabene bukan dari background pertambangan masih meraba-raba apa sih itu Tailing.Kalau kita ingat dengan kasus Buyat 12 tahun silam,nama Teluk Buyat sempat menjadi pembicaraan publik dunia ketika tuduhan sebagai biang keladi pencemaran laut,tailing juga disebut sebagai penyebab ratusan nelayan keracunan dan menurunnya hasil tangkapan ikan dilaut.

     “Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Tailing?”
     Untuk menjawab dan memberikan pemahaman proses yang terjadi didunia tambang sampai menghasilkan Tailing,inilah kemudian yang membawa PT NNT mengadakan kegiatan yang bertajuk Sustainable Mining Bootcamp untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum mengenai proses produksi tambang secara “buka-bukaan”.


     Melalui kegiatan tersebut,saya salah satu peserta yang lolos dari jalur tulisan berkesempatan untuk meilihat secara langsung proses produksi tambang secara lebih dekat dan transparan (Mining Experience).Melalui kegiatan ini pula para peserta mendapat pengalaman untuk melihat lubang raksasa dengan diameter 2,7km dan kedalaman -240 mdpl serta melihat secara langsung proses pengerukan hingga pengolahan yang pada akhirnya akan menjadi sebuah konsentrat bernilai tinggi yang menyisakan Tailing.Tentu Tailing tidak datang begitu saja bukan,pasti ada proses yang terjadi.Mau tau prosesnya seperti apa?Let’s check it out ;)


Proses Penggerusan Bijih Batu
     Pengolahan bijih batu menjadi konsentrat memerlukan waktu yang cukup panjang,karena untuk mendapatkan hasil konsentrat dengan kandungan emas,perak dan tembaga tidaklah mudah.Namun sebelum saya menjelaskan bagaimana proses pengolahan bijih batu menjadi konsentrat,saya terlebih dahulu menjelaskan apa sih konsentrat itu?.Nah konsentrat adalah mineral berharga yang dipisahkan  dari bijih setelah mengalami pengolahan tertentu.

     Proses awal dari pengolahan bijih batu adalah Crushing dan Grinding untuk pengecilan ukuran partikel,Crushing dan Grinding ini bertujuan untuk membebaskan mineral berharga dari pengotornya (liberation).Crushing dan Grinding melalui beberapa tahap,mulai dari bijih batu dimasukkan ke dalam Primary Crusher,kemudian disalurkan melalui Over Land Conveyor yang berukuran 1,8 m x 6 km dengan kecepatan 4,5 m/s,setelah itu bijih batu dimasukkan kedalam mesin Semi Autogenous (SAG) Mill dan Ball Mill.Setelah keluar dari mesin Ball Mill,partikel halus yang terkandung dalam bubur bijih (menjadi bubur bijih setelah pencampuran dengan air laut yang disalurkan dari laut disekitar area tambang) kemudian dipompa ke seperangkat tangki siklon untuk pemisahan akhir partikel bijih.Bubur bijih halus dari tangki siklon dialirkan kesejumlah sel flotasi untuk diambil kandungan mineral berharganya serta pemisahan konsentrat dan tailing.Oh iya bray,jika ingin masuk ke dalam pabrik Konsentrator,harus menggunakan peralatan lengkap loh ya,kalau gak bisa kena tilang sama bpk penjaga disana (teringat kena tilang di jalanan),haha.

Pabrik konsentrat dari ketinggian.


Mesin Ball Mill
Harus pakai penutup telinga nih,kalau gak bisa budek lah kita :D
Gaya dikit cekreeekk :v


Pemisahan Konsentart dan Tailing
     Pemisahan konsentrat dan tailing ini menggunakan proses fisika,berbeda ketika menggunakan proses kimia yang akan menimbulkan efek-efek berbahaya.Saya berani mengatakan tidak berbahaya karena saya telah membuktikannya sendiri,saya mencoba memegang bubur bijih dalam proses penggelembungan dan ternyata benar bahwa tidak berbahaya buat tangan,yang penting bubur bijihnya jangan dimakan yah,hehehe.Proses flotasi ini memanfaatkan ilmu fisika untuk memisahkan mineral berharga dan mineral tidak berharga di dalam bijih dengan menggunakan gelembung udara dan reagen dalam jumlah kecil.Terdapat dua jenis reagen yang ditambahkan dalam proses flotasi.Jenis pertama  akan mengikat mineral berharga ,sedangkan jenis kedua berfungsi untuk menstabilkan gelembung yang terbentuk oleh proses pengadukan.Gelembung udara yang naik kepermukaan diselimuti oleh mineral berharga yang berbentuk seperti pasir.Lapisan yang terapung dipermukaan inilah yang disebut konsentrat,sedangkan yang mengendap disebut Tailing dan dialirkan kedalam laut.

Ini proses penggelembungan (flotasi)
Kalau ini proses pengairan untuk memisahkan mineral berharga dari pengotornya.

     Selanjutnya konsentrat dikirim ke tangki penghilangan kadar garam.Di dalam tangki ini air laut dibuang dan konsentrat dikentalkan dengan cara mengalirkan air tawar secara berlawanan arah hingga konsentrat mengendap didasar tangki.Konsentrat dialirkan melalui pipa sepanjang 17,6 km menuju fasilitas filtrasi untuk ditampung dalam tangki besar.Selanjutnya kandungan air didalam konsentrat dikurangi yang semula 30% menjadi 9% melalui proses penyaringan menggunakan udara bertekanan dan menghasilkan konsentrat berupa bubuk atau pasir.Konsentrat inilah yang dikirim ke berbagai tempat untuk menjalani pemisahan dan pengambilan logam berharga seperti tembaga,emas dan perak.Produksi akhir dari PT NNT ini adalah konsentart itu tadi,bukan emas batangan loh ya,hehehe :D

Bubur konsentratnya gak berbahaya loh,nih saya pegang :D
Gunung konsentrat yang merupakan produksi akhir PT NNT.






Tailing ditempatkan dimana?
      Tailing mengalir memalui pipa darat sepanjang 6 km dan pipa laut sepanjang 3,4 km dari garis pantai hingga tepi palung laut Teluk Senunu pada kedalaman 125 m.Perlu anda ketahui bahwa Tailing tidak akan tercampur dengan air laut dan mengganggu ekosistem bawah laut,itu dikarenakan masa jenis Tailing dua kali lebih besar dari massa jenis air laut,itulah yang menyebabkan Tailing mengalir secara alami menuruni ngarai laut yang terjal hingga mencapai palung disebelah selatan pulau Sumbawa yang memiliki kedalaman 3.000-4.000 meter dibawah permukaan Samudera Hindia dan mengendap didasarnya.

     Pipa Tailing tersebut terbuat dari baja dan direkatkan dengan karet dengan tujuan agar pipa lebih tahan lama,selain itu juga karet bertujuan agar tidak terjadinya kebocoran pipa.Yang unik disini bahwa untuk mengetahui ada atau tidaknya kebocoran pada pipa,biasanya petugas masuk kedalam pipa raksasa tersebut kemudian meluncur hingga keujung pipa (kayak di waterboom gitu),namun tidak sepanjang km loh yah,namun pipa diputuskan supaya petugasnya gak mati kehabisan napas di dalam pipa.Bhaakksss :v

Pipa tailing yang disalurkan ke Teluk Senunu

     Sistem Penempatan Tailing Laut Dalam (DSTP) telah dirancang dan berfungsi sebagaimana mestinya serta menjadi pilihan terbaik bagi perlindungan lingkungan untuk operasi tambang PT NNT.DSTP ini ditetapkan dalam AMDAL sebagai system penempatan Tailing PT NNT mulai dari beroperasi sampai dengan akhir masa tambang.

     “Jadi menurut anda,penempatan Tailing didasar Teluk Senunu sudah tepat kah?”

Dari Batu Menjadi Konsentrat

     Mungkin sebagian besar dari kita masih asing dengan kata Tailing?yaps tentu saja,saya yang notabene bukan dari background pertambangan masih meraba-raba apa sih itu Tailing.Kalau kita ingat dengan kasus Buyat 12 tahun silam,nama Teluk Buyat sempat menjadi pembicaraan publik dunia ketika tuduhan sebagai biang keladi pencemaran laut,tailing juga disebut sebagai penyebab ratusan nelayan keracunan dan menurunnya hasil tangkapan ikan dilaut.

     “Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Tailing?”
     Untuk menjawab dan memberikan pemahaman proses yang terjadi didunia tambang sampai menghasilkan Tailing,inilah kemudian yang membawa PT NNT mengadakan kegiatan yang bertajuk Sustainable Mining Bootcamp untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum mengenai proses produksi tambang secara “buka-bukaan”.